Sunday, January 22, 2012

Kantong Nilai Tempat

media pembelajaran matematika,, salah satu mata kuliah yang sangat menguras tenaga di semester 5 ini.. di matkul ini, kita ditugaskan untuk membuat media pembelajaran yang berhubungan dengan matematika.. untungnya, tugas ini tugas kelompok, bukan individu.. dan saya dipasangkan dengan sahabat saya, Lia Amalia.. kita membuat sebuah media pembelajaran matematika yang berkaitan dengan konsep kekekalan banyak, yaitu media kantong nilai tempat dengan beberapa modifikasi bentuk dan fungsi dari media aslinya.. Semua fasilitas sudah disediakan oleh kampus untuk membuat alat itu, kita harus bekerja sendiri di bengkel bermain dengan kayu, gergaji, paku, cat, bor, dan masih banyak peralatan tukang lainnya.. saya ga bisa membayangkan dua orang perempuan yang sangat anggun ini harus bekerja dengan alat-alat itu.. tapi untungnya, kita ga hanya bekerja berdua, selalu ada orang-orang yang membantu kita, pak Rudi dan aa Fery pengurus bengkel mipa, teman-teman kelas, dan special thanks for my dear that always try to help us ;)

tanpa basa-basi lagi, this is it, kantong nilai tempat :



Cara Membuat :









Cara Penggunaan :






Wednesday, January 18, 2012

semakin

kepercayaanku kepada dia semakin bertambah...
aku semakin yakin padanya...
dan semakin hari aku makin sayang sama dia..
i love you so much my dear ♥

i trust you...
there is no doubt anymore...
aku sayang kamu . . . . . . . . .
jangan kecewakan kepercayaanku ♥

Tuesday, January 17, 2012

A Shoulder to Cry On

life is full of lots of up and downs,
and the distance feels further when you're headed for the ground,
and there is nothing more painful than to let you're feelings take you down,
it's so hard to know the way you feel inside,
when there's many thoughts and feelings that you HIDE,

but you might feel better if you let me walk with you,
by your side,

and when you need a shoulder to cry on,
when you need a friend to rely on,
when the whole world is gone,
you won't be alone, cause I'll be there,
i'll be your shoulder to cry on,
i'll be there,
i'll be a friend to rely on,
when the whole world is gone,
you won't be alone, cause i'll be there.

all of the times when everything is wrong
and you're feeling like there's no use going on
you can't give it up
i hope you work it out and carry on

side by side, with you till the end
i'll always be the one to firmly hold your hand
no matter what is said or done
our love will always continue on

everyone needs a shoulder to cry on
everyone needs a friend to rely onwhen the whole world is gone
you won't be alone cause i'll be there
i'll be your shoulder to cry on
i'll be there
i'll be the one you rely on
when the whole world's gone
you won't be alone, cause i'll be there!

and when the whole world is gone
you'll always have my shoulder to cry on....

----------------------------------------------------------------------------------------------


there's two sentences from this song that i wanna say to you
it's so hard to know the way you feel inside
when there's many thoughts and feelings that you hide
so, if you always hide it, i'll never know about it.. there's too much that i'm thinking about.. i'm tired of guessing... 
i always wonder what happened to you...
but you never tell it to me...
and it makes me feel confused...
is it my fault? am i make a mistake to you? am i make you mad? or maybe i have made you feel bored.. i don't know!!
but all i know is, you can rely on me...

Sunday, January 15, 2012

Salah satu tugas semester ini yang paling bikin galau adalah tugas bikin proposal skripsi.. skripsi? yap, SKRIPSI! apa itu skripsi? bagaimana itu skripsi? i don't know.. belum kebayang nanti mau ngambil judul tentang apa.. and this assignment makes me realize that i must think about it from now.. maybe it's too late.. but,, lebih baik terlambat daripada ga sama sekali kan.. and finally aku memutuskan untuk ngambil masalah tentang desain didaktis untuk tugas proposalku.. and i wanna share about it, this is little description about it..


Didactical Design Research (DDR)

Suryadi (2010:10) mengemukakan bahwa penelitian Disain Didaktis pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Disain Didaktis Hipotetis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.

Dua aspek mendasar dalam proses pembelajaran matematika sebagaimana dikemukakan oleh Suryadi (2005) yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa, ternyata dapat menciptakan suatu situasi didaktis maupun pedagog
is yang tidak sederhana bahkan seringkali terjadi sangat kompleks. Hubungan Guru-Siswa-Materi digambarkan oleh Kansanen (2003) sebagai sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara siswa dan materi, serta hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa. Ilustrasi segitiga didaktik dari Kansanen tersebut belum memuat hubungan guru-materi dalam konteks pembelajaran.

Menurut Suryadi (2010:3) hubungan didaktis dan pedagogis tidak bisa dipandang secara parsial melainkan perlu dipahami secara utuh karena pada kenyataannya kedua hubungan tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Dengan demikian, seorang guru pada saat merancang sebuah situasi didaktis, sekaligus juga perlu memikirkan prediksi respons siswa atas situasi tersebut serta antisipasinya sehingga tercipta situasi didaktis baru. Antisipasi tersebut tidak hanya menyangkut hubungan siswa-materi, akan tetapi juga hubungan guru-siswa baik secara individu maupun kelompok atau kelas. Atas dasar hal tersebut, maka pada segitiga didaktis Kansanen perlu ditambahkan suatu hubungan antisipatif guru-materi yang selanjutnya bisa disebut sebagai Antisipasi Didaktis dan Pedagogis (ADP) sebagaimana diilustrasikan pada gambar segitiga didaktis Kansanen yang dimodifikasi berikut ini.
Peran guru paling utama dalam konteks segitiga didaktis ini adalah menciptakan suatu situasi didaktis (didactical situation) sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa (learning stituation). Ini berarti bahwa seorang guru selain perlu menguasai materi ajar, juga perlu memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat mendorong proses belajar secara optimal. Dengan kata lain, seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan relasi didaktis (didactical relation) antara siswa dan materi ajar sehingga tercipta suatu situasi didaktis ideal bagi siswa.


Dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru biasanya mengawali aktivitas dengan melakukan suatu aksi misalnya dalam bentuk menjelaskan suatu konsep, menyajikan permasalahan kontekstual, atau menyajikan suatu permainan matematik. Berdasarkan aksi tersebut selanjutnya terciptalah suatu situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa sehingga terjadi proses belajar. Dalam proses belajar ini siswa melakukan aksi atas situasi yang ada sehingga tercipta situasi baru yang selanjutnya akan menjadi sumber informasi bagi guru. Aksi lanjutan guru sebagai respon atas aksi siswa terhadap situasi didaktis sebelumnya, akan menciptakan situasi didaktis baru. Dengan demikian, situasi didaktis pada kenyataannya akan bersifat dinamis, senantiasa berubah dan berkembang sepanjang periode pembelajaran. Jika milieu tidak bersifat tunggal, maka dinamika situasi didaktis ini akan menciptakan situasi belajar yang kompleks sehingga guru perlu melakukan tindakan pedagogis untuk terciptanya situasi pedagogis yang mampu mensinergikan setiap potensi siswa.

Untuk menciptakan situasi didaktis maupun pedagogis yang sesuai, dalam menyusun rencana pembelajaran guru perlu memandang situasi pembelajaran secara utuh sebagai suatu obyek (Brousseau, 1997). Dengan demikian, berbagai kemungkinan respon siswa baik yang memerlukan tindakan didaktis maupun pedagogis, perlu diantisipasi sedemikian rupa sehingga dalam kenyataan proses pembelajaran dapat tercipta dinamika perubahan situasi didaktis maupun pedagogis sesuai kapasitas, kebutuhan, serta percepatan proses belajar siswa.

Menyadari bahwa situasi didaktis dan pedagogis yang terjadi dalam suatu pembelajaran merupakan peristiwa yang sangat kompleks, maka guru perlu mengembangkan kemampuan untuk bisa memandang peristiwa tersebut secara komprehensif, mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal penting yang terjadi, serta melakukan tindakan tepat sehingga tahapan pembelajaran berjalan lancar dan sebagai hasilnya siswa belajar secara optimal. Kemampuan yang perlu dimiliki guru tersebut selanjutnya akan disebut sebagai metapedadidaktik yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru untuk: (1) memandang komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD, dan HP sebagai suatu kesatuan yang utuh, (2) mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai kebutuhan siswa, (3) mengidentifikasi serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang dilakukan, (4) melakukan tindakan didaktis dan pedagogis lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju pencapaian target pembelajaran. Karena metapedadidaktik ini terkait dengan suatu peristiwa pembelajaran, maka hal ini dapat digambarkan sebagai sebuah limas dengan titik puncaknya adalah guru yang memandang alas limas sebagai segitiga didaktis yang dimodifikasi.
Proses pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses berpikir guru yang terjadi selama pembelajaran tidaklah sederhana. Agar proses tersebut dapat mendorong terjadinya situasi belajar yang lebih optimal, maka diperlukan suatu upaya maksimal yang harus dilakukan sebelum pembelajaran. Upaya tersebut telah digambarkan di atas sebagai Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran.


Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan ADP adalah adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological obstacle). Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological obstacle pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihadapkan pada konteks berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia mengalami kesulitan untuk menggunakannya.


Proses pengembangan situasi didaktis, analisis prediksi respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta pengembangan ADP, menunjukkan pengembangan rencana pembelajaran sebenarnya tidak hanya terkait dengan masalah teknis yang berujung pada terbentuknya RPP. Hal tersebut lebih menggambarkan suatu proses berpikir sangat mendalam dan komprehensif tentang apa yang akan disajikan, bagaimana kemungkinan respon siswa, serta bagaimana kemungkinan antisipasinya. Proses berpikir yang dilakukan guru tidak hanya terbatas pada fase sebelum pembelajaran, melainkan juga pada saat pembelajaran dan setelah pembelajaran terjadi.


Aktivitas Lesson Study yang meliputi tiga langkah Plan, Do, dan See sebenarnya dapat dikaitkan dengan proses berpikir guru pada tiga fase yaitu sebelum, pada saat, dan setelah pembelajaran. Proses berpikir sebelum pembelajaran dapat difokuskan pada pengembangan disain didaktis yang merupakan suatu rangkaian situasi didaktis. Analisis terhadap disain tersebut akan menghasilkan ADP. Proses berpikir pada saat pembelajaran pada hakekatnya merupakan analisis metapedadidaktik yakni analisis terhadap rangkaian situasi didaktis yang berkembang di kelas, analisis situasi belajar sebagai respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta analisis interaksi yang berdampak terhadap terjadinya perubahan situasi didaktis maupun belajar. Refleksi yang dilakukan setelah pembelajaran, menggambarkan pikiran guru tentang apa yang terjadi pada proses pembelajaran serta kaitannya dengan apa yang dipikirkan sebelum pembelajaran terjadi.


Menyadari bahwa proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase, dan hasil analisis dari proses tersebut berpotensi menghasilkan disain didaktis inovatif, maka ketiga proses tersebut sebenarnya dapat diformulasikan sebagai rangkaian langkah untuk menghasilkan suatu disain didaktis baru. Dengan demikian, rangkaian aktivitas tersebut selanjutnya dapat diformulasikan sebagai Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR).

;;

Template by:
Free Blog Templates